Budaya Suku Mee Pengunungan Papua Tengah

Sumber : Foto ujian praktek SMA.N 2 Tigi Agk. 2012
Budaya adalah suatu cara hidup, tingkah laku, cara berbicara dengan cara berpakaian yang diwariskan turun-temurung oleh nenek moyang suatu suku. Berbicara tentang mengingatkan ku pada vestival budaya yang diadakan oleh sekolah. Berbagai suku menampilkan keunikannya masing-masing.
Pada saat itu aku melihat teman-teman dari suku Mee malu menggenakan pakaian adatnya, bahkan ada yang tidak sama sekali persis mengenakan pakaian adatnya. Melihat hal itu, aku termotivasi untuk melestarikan budaya suku mee yang hampir penuh atau kurang perhatikan oleh generasi penerus suku Mee. Beberapa hal yang menurutku perlu dilestarikan adalah sebagai berikut :
1. Bahasa Mee (Mee Mana)
Bahasa Mee adalah bahasa sehari-hari yang digunakan dikalangan suku Mee.
2. Pakaian adat suku Mee (Bobee Mogee)
Suku Mee memiliki dua pakaian adat. Pertama, bobe (koteka) adalah sebutan untuk pakaian adat laki-laki, dan kedua, Mogee (cawat) adalah sebutan untuk pakaian adat perempuan.
3. Seni
Suku mee mengenal yang namanya kaido, yaitu alat musik yang terbuat dari jubi, yang digunakan untuk menghibur orang yang sedih. Selain itu, kemudian ada komauga, yaitu nyayian yang dikidungkan oleh suku Mee untuk mendamaikan suasana yang tidak aman.
Dengan adanya kemajuan teknologi apalagi globalisasi, orang akan menganggap budaya macam itu sebagai sesuatu yang kuno atau ketinggalan zaman. Menurutku anggapan itu salah. Yang benar, lestarikan budaya masing-masing agar budaya kita tidak punah! Kembangkanlah budaya kita agar bisa tetap dikenang anak cucu kita!
Pada zaman dahulu, yang namanya budaya itu merupakan kebiasaan sehari-hari atau pekerjaan setiap hari dilakukan oleh orang tua. Sekarang, karena situasi sudah menjadi modern, semua hal yang dilakukan pada zaman dahulu mulai terlupakan. Semuanya itu dianggap kuno oleh generasi sekarang.
Bahkan, mereka tidak tahu apa itu budaya. Kegiatan budaya dianggap sepi. Dalam budaya pengunungan suku Mee, misalnya, dahulu, pada saat ingin melakukan suatu hal, mereka harus menghadapi tantangan dan dilarang untuk melakukan hal yang dilarang, atau dengan perkataan lain, harus menjalani “pantangan”.
Tetapi kini, semua hal itu dianggap tidak ada. Generasi sekarang kurang mendapat cerita dari generasi terdahulu. Sosialisasi kurang sehingga Anak-anak zaman sekarang tidak tau apa yang harus dilakukan, tidak tahu “ pantangan”. Belum lagi ada pengaruh luar yang membuat anak-anak perlahan-lahan lupa akan budayanya sendiri.
Menurut saya, bila kita merasa bahwa budaya itu penting, kita harus berusaha menjaga budaya kita tidak lenyap ditelan waktu dan gensi zaman. Saya ingin sekali mengenbalikan budaya saya utuh agar saya dapat semakin mengenal asal saya. Jika tidak mengenal budaya, saya menyangkal orang tua yang membantu saya. Budaya saya berhubungan erat dengan identitas saya. (Fredi Mote)

Redaksi  : Kabar Wagadey
Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar